Rabu, 18 Maret 2015

Perjalanan Absurd: Bengkulu - Lampung Bagian Tiga

Oke balik lagi ke cerita bis Bengkulu – Lampung. Habis dari Rumah Fatmawati kita kan langsung balik ke PT. SAN lagi, dan siap-siap berangkat. Sebelum berangkat kita dikasih paket antangin: 2 sachet Antangin cair, 3 butir permen Antangin, dan 1 strip tablet Antilinu, dan terbukti paket ini sangat berguna selama perjalanan. Triknya gini: 2 sachet Antangin cair untuk awal dan tengah perjalanan, permen Antangin untuk selama perjalanan, dan tablet Antilinu untuk setelah perjalanan. :P Tenggak antangin cair satu, dan kami siap berangkat!
paket dari sponsor
Awal perjalanan sih terlihat oke-oke aja, sampai ketika saya menyadari kok bis kita mengarah ke utara ya, Lampung kan di selatan, terus kita melalui jalan menembus gunung-gunung, dan ketika maghrib pun belum meninggalkan Bengkulu karena banyak berhenti ambil penumpangnya. Barulah saat itu kita berdua sadar, makanya mbak yang tadi ngotot nawarin kita naik yang bisnis aja. Yang ekonomi ini ternyata perjalanannya lebih lama, karena ngambil penumpang di pelosok-pelosok Bengkulu dulu, dan mayoritas penumpangnya lebih ke bapak-bapak dan mas-mas, yang  penumpang cewek selain kami, saya perhatikan cuma ada 2, satu mbak-mbak di depan saya, dan satu nenek-nenek di bangku sebrang.

sekilas perjalanannya kayak gini: kelok kelok menembus gunung dan ketika sore kabut mulai turun

Makin malem suasana bis makin ga nyaman, mulai bau minyak yang aneh-aneh, ada yang muntah segala, tapi yang paling bikin ga nyaman adalah kita itu diliatiinn sama mas-mas yang naik. Huaaaa mungkin karena udahlah cewek, penampilan turis banget kali yah. Trus si Anda tiba-tiba colek-colek, “Ta, mas yang di belakang lo ga berenti ngeliatin!” hadeh, trus saya langsung pake kacamata item (iya di dalem bis, lepas maghrib) dan kerukupan pake kain bali. Tujuannya pake kacamata item adalah kalo saya mau inspeksi keaadan ga keliatan-keliatan amat lagi perhatiin siapa, trus saya lihat dari pantulan kaca (karena saya duduk di pinggir), ternyata bener dong mas-masnya lagi ngeliatin kita ampe duduknya maju gitu mepet ke bangku kita. TAKOOOOT.  Inget banget masnya pake tas selempang dengan gambar police line gitu.

Kita berdua ampe gak minum dan gak makan, karena takut pipis dan pupi di jalan. Males kan kalo nanggung belom kelar pup udah mau ditinggal bis. Jadi kita setiap di pemberentian gitu gak pernah turun, bobok manis aja di bis. Lagi asik tidur, saya di gebug sama si Anda, “Ta!! Ta!!!” Kebangun kaget (lagi) dan ternyata si mas-mas belakang itu lagi nyodorin teh di dalam plastik, JAM 1 PAGI. Mamaaaaaaa..

Emang sih kalau mau dipikir secara positif mungkin mas-mas itu nawarin teh sebagai gestur keramahan orang indonesia yang melihat sebangsanya terlihat tidak nyaman. Tapi bok, tanpa ba bi bu gitu tetep aja serem. Trus ada lagi yang aneh, setelah kejadian itu kan saya jadi susah tidur lagi, lalu melihat mbak yang dari tadi duduk sendirian di depan saya sekarang ditemani seorang bapak-bapak, dan mereka mesra-mesraan, dan begitu pagi bapak-bapak itu udah ga ada. Sebenarnya saya naik bis apa sih ini -___-“ hemmmm...

jadi mau sout time apa inap?
Akhirnya setelah 23 jam perjalanan saya sampai juga di Terminal Raja Basa, Lampung, baru sadar, kan kita belum tau mau nginep dimana dan belum tau mau ke Way Kambas pake apa. Ya, rencana awal kita sampe Lampung mau langsung ke Way Kambas, tapi bisnya cuma ada sampai jam 10 aja. Bingung-bingung plus belum punya tempat nginep, akhirnya kita nongkrong di pool bisnya sambil nanya-nanya orang. Semua sewa mobil yang ditawarin mahal, dan akhirnya kita tanya tempat nginep murah di deket terminal. Trus naik lah kita ke ojek yang bilang mau nganterin kita ke penginapan, muter-muter cukup jauh lewat jalan kampung, sampailah kita ke Penginapan Malaya. Anehnya begitu sampai sini ga ada plang nama hotelnya, karena kita mau kasih tau si supir sewa mobil kita buat ke Kiluan besok. Si ibu penjaga hotel cuma bilang, udah bilang aja di tempat cuci mobil sebelah terminal. Emang sih di depan pintu penginapan ada tempat pencucian mobil. Hmmmm. Abis itu baru sadar, di belakang ibu itu ada tulisan, Harga Kamar: Shaut Time: 80ribu, Inap: 100ribu. J-j-j-j-adi inii penginapan….. Gak lama kemudian ada wanita muda keluar kamar, sambil bilang “Mami, mamiii, aku gini gini gniii….” nyamperin ibu itu tadi. HADEEEEEEEEEH..

berbekal alamat di kantong inilah kami cari alamatnya
Ya sudahlah ya kita mengisi waktu luang aja jalan-jalan di Kota Bandar Lampung, kebetulan pengen beli Kripik Pisang Suseno yang terkenal itu. Naik damri lah kita ke supermarket, trus setelah ngobrol-ngobrol ada ide kenapa kita gak datengin produsennya langsung aja, siapa tau dapet harga lebih murah. Wahaha ujung-ujungnya nyari diskonan. Trus kita cari alamatnya (liat alamatnya dari kemasannya) sama tanya-tanya sama orang, naik angkot apa. Ternyata lumayan jauh, dan nyambung angkot, sempet nyasar pulak ke komplek sebelah. Tanya sana sini lagi, setelah ketemu ternyata udah lewat jam kerja mereka, daaaaan mereka emang gak jual langsung disana. Hadah. Mana pas kita pulang tiba-tiba anjingnya pada keluar dan ngejar kita. :’(



Dengan tangan hampa keluar dari tempat pembuatan kripik suseno dan akhirnya kita nyari toko oleh-oleh di sekitar situ, dan dapet harganya lebih mahal dari yang di supermarket. Nyem..  tapi gak papa lah jadi keliling-keliling Kota Bandar Lampung, tapi sepanjang kita jalan-jalan ga nemu makanan khas lampung, jadi kita ngunyah bakso sama pempek aja. Oiya di Lampung ini ada warung bakso yang punya cabang ampe banyak banget lho.. namanya Baso Son Haji-Sony. Rasanya sihhh.. kayaknya standard aja, tapi penilaian saya gak bisa dipakai sih, karena saya emang ga bisa bedain rasa baso, bagi saya semua sama ajah :P



Puas jalan-jalan dan makan, akhirnya balik ke penginapan itu tadi. Asli sepanjang malam, ga bisa tidur, setiap denger suara mobil polisi pasti kebangun, takut kena gerebek! Hahaha..

Esok harinya, kita cabcus ke Way Kambas. Oh iya, jadinya kita pergi pakai carteran mobil yang dipakai ke Pulau Kiluan juga, namanya Pak Budi (081272007455). Perjalanan ke Way Kambas lumayan jauh dari kota Lampung.


Jam kunjungan ke Way Kambas ini dari 7.30 sampai 16.00 dengan harga tiket (tahun 2011) 2,500 per orang dan 6,000 untuk mobil. Tetapi yang mengecewakan kita gak bisa nonton atraksi-atraksi gajah, karena atraksi tersebut hanya dilakukan minimal 15 orang yang nonton (atau 2 orang seperti kami tapi beli 15 tiket pertunjukan yang satunya seharga 50,000). Dari gerbang depan sampai ke Pusat Konservasi Gajah pun masih cukup jauh, sekitar 15 menit naik mobil. Ada untungnya juga kami ketinggalan bis, karena kalau naik bis pasti harus jalan cukup jauh, ditambah cuaca saat itu sedang gerimis.



Karena ga ada atraksi, kita keliling-keliling aja di dalam pusat konservasi, ngeliat para pawang-pawang ngajak mandi gajahnya di danau, sampe pawangnya ikut nyemplung, ngeliat gajah-gajah yang dibiarkan di alam bebas sampai ga ada batasnya lagi dengan kita (takut diseruduuuk), dan akhirnya beli oleh-oleh di kios kios seadanya.

gajah-gajah mandi duyuuuu...

berkeliaran di alam bebas

Setelah dari Way Kambas kita langsung ke Pulau Kiluan. Kalau perjalanan ke Way Kambas itu jauh, perjalanan ke Pulau Kiluan itu lebih juauuh lagiiii. Sebelum nyampe di tengah perjalanan yang membosankan, tiba-tiba kita memasuki daerah yang hijau dan banyak sawah-sawahnya. dan di daerah itulah kita diajak sama Pak Budi ke Rumah Makan Ika, yang punya signature dish: Pindang Kepala Ikan Simba, rasanya enaaaaaakkkk banget, kepala kakap lewat! Kuahnya yang kemerahan, wangi kemangi dan rempah-rempah, plus ada potongan nenas segar, daging ikan yang lembut dan bumbunya yang sudah meresap, slurp! Udah lewat 4 tahun aja saya masih kebayang-bayang enaknya. Ukurannya juga besar banget, kalo kata orang-orang sih itu bisa buat berlima, tapi kita berdua aja ngabisinnya plus lauk dan sayur yang lain. Uhuk. Don't judge us please :p

daerah sekitar RM Ika


rumah makan dengan model saung-saung dan disajikan lalapan, sambel, seperti makanan sunda

ini dia si Pindang Kepala Simba yang super lezat


Selepas RM. IKA, jalanan mulai tidak bersahabat, banyak yang tidak diaspal bahkan seperti melewati halaman belakang orang. Tapi meskipun begitu pemandangan sepanjang jalan yang susur pantai itu sangat indah, seandainya saja saat kami kesana tidak sedang mendung, pasti akan lebih bagus lagi.


Pulau Kiluan sudah mulai terlihat!

Sesampainya di Teluk Kiluan kita disambut oleh Pak Dirham (081369991340)  yang memang keluarganya tinggal di Pulau Kiluan ini. Untuk mencapai Pulau Kiluan kita harus menggunakan speedboat yang (dulu) dihargai 10ribu per orang (sudah plus tiket masuk Pulau). Waktu itu biaya menginapnya sebesar 75ribu plus uang makan 15ribu per orang per makan. Mau gak mau memang harus pesan makan di Bu Dirham sih, karena disana tidak ada apa-apa.

suasana di Teluk Kiluan
Penginapannya sendiri sangat sederhana, hanya berupa rumah panggung kayu. Ada sekitar 6 kamar yang layoutnya hanya berupa kasur kapuk yang digelar memenuhi seluruh kamar, sehingga sebenarnya kamar tersebut akan bisa diisi sampai 10 orang. Kamar mandi ada di luar di bagian belakang rumah panggung. Karena saat itu masih menggunakan genset pribadi, sekitar jam 10 malam maka semua listrik akan dimatikan. Pak Dirham dan keluarga juga tinggal di rumah panggung ini

penginapan dan suasana di sekitarnya

Pemandangan dari Pulau Kiluan ini sesungguhnya sangat sangat indah, pasir putih, menghadap ke bukit-bukit hijau, dan karena pulau kecil suasananya sangat private. Seandainya saat itu pulau ini lebih dirawat lagi dan diberi penerangan lebih, saya yakin akan terasa lebih nyaman.

pemandangan ke dan dari Pulau Kiluan


Setelah kami beberes, kami diajak jalan-jalan ke laguna yang letaknya di belakang pulau. Untuk menuju laguna ini tracknya agak sulit, harus mendaki karang-karang tajam yang cukup tinggi. Tetapi begitu sampai diatas dan melihat laguna di bawahnya berwarna biru gelap. Indah sekali! Ngaso sebentar di atas bukit kecil sambil ngeliatin gelombang laut, asik banget!


Abis itu kita sunset-an di tepi pantai, lagi-lagi leyeh-leyeh sambil kaki injak pasir putih dengan karang-karang kecil. Aaaaahh damai sekali. Sayangnya, meskipun ini pulau pribadi yang seharusnya cukup aman kalau kita mau jalan-jalan malam, karena penerangannya sangat minim jadi kami gak bisa jalan-jalan di pantai pas malam. Tidur cepatlah kami malam itu, selain itu karena dijanjikan akan melihat lumba-lumba oleh Pak Dirham.

Ternyata peristiwa mencari lumba-lumba ini lah yang menjadi momen paling menegangkan di antara kejadian absurd yang sudah terjadi. Jadi kita nyewa perahu ketingting namanya, perahu kecil dengan penyeimbang di kiri kanan. Lebar perahunya hanya cukup untuk satu orang. Naik lah kita, Anda paling depan, saya di tengah (persis di belakang mesin -__-“), dan si bapake di belakang.

siap berangkat

Kata si bapak kita mengarah ke Teluk Semangka karena biasanya lumba-lumba ada di sana. Baru setengah perjalanan, eh kok mulai mendung, terus gak lama kemudian mulai gerimis. Kita masih jalan terus pede aja karena dirasa masih bisa, si bapaknya pun bilang begini, “Mbak mau gerimis apa ujan sekalipun mah ga bakal ngaruh, si lumba-lumbanya ga bakal pergi neduh..” Trus yang bikin seneng lagi ketika mulai gerimis itulah banyak ikan terbang kecil-kecil (ikan indosiar, kalo saya nyebutnya)  yang pada berloncatan di permukaan laut, berasa menikmati tetesan hujan pertama gitu.

makin gelap dan ombak semakin kenceng

Tapiii udah 20menitan lebih kok ga ada tanda-tanda lumba-lumba, malah ujan makin deres, gelombang makin kenceng. Ketika akhirnya kita memutuskan putar balik, itu gelombang udah melewati dari kapal, ditambah kita jadi lawan arus jadi susah dan lambaaaat sekali pergerakan perahunya. Ini hati rasanya deg-degan bangeettt, tapi si bapaknya sih stay cool, dan mikirnya kan, ini perahu ada penyeimbangnya di kedua sisi, pasti akan susah untuk terbalik atau tenggelam. Baru aja mikir gitu, penyeimbang di sisi kiri copot. Si bapak langsung benerin. Kelar dia benerin, eh kita diterjang ombak GEDE BANGET, sampe seluruh badan basah, dan penyeimbang di sisi kanan PATAH saja sodara-sodara. *mau nangis* udah mikir Ya Allah apakah petualangan ku akan terhenti di Kiluan cuma gara-gara mau nyari lumba-lumba.

Tapi untungnya si bapaknya sigap banget, dia langsung terjun ke laut, ngambil patahannya dan nyoba nyambungin supaya gak parah-parah amat. Alhamdulillah abis itu perahu kita bisa bergerak tertatih-tatih ke darat dan pulang juga kita ke pulau lagi. Tapi abis itu kita masih lanjut snorkeling! Hahaha ga ada kapoknya. Meskipun snorkelingnya cuma sebentar sih, karena arusnya juga lagi kenceng banget jadi bawah lautnya kelihatan keruh dan kita keseret-seret arus. Cuma sekitar satu jam lah kita snorkeling, abis itu beres-beres dan bersiap pulang ke Jakarta.

Setelah diingat-ingat, memang ini sih petualangan jalan-jalan yang penuh dengan hal-hal ajaib. Emang sih, ke tempat lain juga pernah ngalamin yang aneh-aneh, kayak ditipu di Thailand, kejebak badai (kecil) di Karimun Jawa dan ngeliat ikan seperti hiu gede di tengah laut, tapi jalan-jalan yang lain itu keanehannya gak pernah full dari awal sampe akhir kayak gini! Hahaha. Mungkin beginilah ketika dua anak ajaib disatukan, seluruh keanehan dunia ingin nyamperin. :p
Sampai ke cerita berikutnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar