Rabu, 18 Februari 2015

Perjalanan Absurd: Bengkulu – Lampung Bagian Satu

Kali ini saya mau cerita tentang pengalaman jalan-jalan yang masih paling absurd dari sejarah saya jalan-jalan. Waktu itu saya bersama teman saya, Anda, berencana untuk melakukan perjalanan ke Bengkulu – Lampung selama 5 hari 4 malam. Pasti nanya kenapa mesti Bengkulu? Kalau Lampung okelah karena sudah ada beberapa spot snorkeling/diving yang tereksplor. Sebenarnya siiihh kenapa kita mau ke Bengkulu karena ada promo tiket dari Mandala cuma 70ribu! Wahahaha tanpa pikir panjang langsung beli itu tiket. Keputusan mau pulang dari Lampung pun ditentuin belakangan.

Tapi setelah diingat-ingat, kayaknya trip ini udah ada pertanda dari awal deh, buktinya di minggu ketiga sebelum keberangkatan, tanggal 13 Januari 2011 Mandala memutuskan untuk tutup! Hah!! Kalang kabut dong.. meeeen 3 minggu lagi dan tiket pulang dari Lampung udah dibeli, padahal kita juga niat kesana karena tiket promo. Karena gak mau rugi sama tiket Lampung-JKT akhirnya kita beli lagi (dengan kesal) tiket Jakarta – Bengkulu menggunakan Sriwijaya. Tadinya pengen refund itu duit 140ribu, tapi berhubung prosesnya ribet dan kantor mandala cukup jauh jadi diikhlaskan saja lah.

Itinerary sebenernya baru kelar beberapa minggu sebelum hari h, dan kita berdua sebenernya clueless maksimal sama Bengkulu dan Lampung. Di itinerary semua ditulis naik angkutan umum, udah browsing rute, browsing warna angkot, jurusan bis, semua udah siap deh (teorinya). Begitu nyampe bandara Bengkulu, eng ing engggg.. kagak ada angkot atau bis sama sekali. Yang ada taksi taksi apanja macam di Soekarno Hatta. Akhirnya kita mengambil keputusan cepat! Nawar harga salah satu bapak-bapak yang nawarin kita. Saya itu sebenernya anaknya parnowati kalau urusan sama orang asing gini, bawaannya deg-degan, takut dijahatin, ini itu lah, apalagi bapake yang nyamperin kita mukanya sangar dan nadanya galak. Tapi ternyata bapak itu baik bangeeettt.. kita sewa dia seharian, trus pas kita bilang mau kemana-mana aja, dia ngebenerin semua urutan perjalanan jadi bisa kesampean semua dalam satu hari (yang harusnya 2 hari hahaha). Nama Bapak itu Pak Kosim: 081539223455/081373310235 (Kurnia Rental Mobil), harga tahun 2011 : 55rb/jam

Tujuan pertama, kita ke PO bis buat beli tiket ke Lampung. Namanya PT SAN (Siliwangi Antar Nusa) dan harga tiket AC ekonomi waktu itu 225ribu. Setelah itu kita dibawa makan siang ke Rumah Makan Khas Bengkulu, namanya Inga Raya di pinggir pantai. Ini alamat dan kontak RM. Inga Raya (tahun 2011): RM. Inga Raya: Jl.Pariwisata Pantai Pasar Bengkulu 0738-27787, 085228224201, 085267736161. Oh untuk informasi aja, yang namanya di pinggir pantai di Bengkulu itu artinya kita ada di sisi lain dari jalan raya yang menghadap pantai.

Enak, enaaak banget makanan khas Bengkulu ini. Untuk informasi, restoran yang menyediakan makanan dengan citarasa Bengkulu begini malah jarang terlihat, sepanjang jalan yang banyak ada adalah restoran padang dan aneka seafood bakar. Dan di rumah makan ini lah saya pertama kali nyobain tempoyak, padahal saya gak suka duren. Awalnya saya gak tau, karena kita makan dengan metoda semi dihidang, semua makanan yang dipesan di taro semua dan kita nyobain satu-satu, begitu makan tempoyak udang, mencoba positif thinking, tapi ternyata gak cocok, lalu setelah dijelaskan ternyata itu emang dari durian *pingsan* maafkan tapi saya benar-benar gak suka durian.

Urusan tiket bis besok beres, perut udah kenyang, nah baru deh bisa jalan-jalan dengan tenang :D Setelah itu kita ke Fort Malborough, bukan, bukan merek rokok terkenal itu. Benteng ini cukup terawat, tamannya rapi, cat-cat temboknya kelihatan baru dipugar, dan beberapa bagiannya masih asli. Sayangnya di beberapa pojokan tetap ada beberapa vandalism yang dibuat turis-turis gak bertanggung jawab. Terletak menghadap laut dan pecinan. Senengnya, ketika ke benteng ini, kami ditemani sama satu orang guide yang cukup lengkap menjelaskannya, dan Pak Kosim dengan inisiatif tinggi menawarkan untuk megang kamera dan foto-fotoin kita. Berasa punya asisten pribadi deh wakaka..



Setelah puas liat-liat benteng, kita dibawa Rumah Kediaman Bung Karno saat pengasingan di Bengkulu (1938 – 1942). Suasanya rumah ini masih sama seperti saat didiami oleh Bung Karno, dari susunan bangku dan meja, kamar tidur, serambi, yang berbeda hanya di dinding-dindingnya dan di beberapa sudut rumahnya banyak dipajang benda-benda yang dipakai beliau semasa hidup dan foto yang menjelaskan tentang perjalanan Bung Karno pada masa itu.
Dan yang menarik, salah satu yang dipajang di dinding-dinding rumah ini adalah surat-surat dan puisi dari Bung Karno kepada Ibu Fatmawati. Awww romantis :">

Oh di belakang rumah ini ada sumur yang katanya bisa membawa berkah kepada orang-orang yang pernah cuci muka dan berwudhu di situ. :P yah percaya gak percaya sih

Perjalanan hari ini ditutup dengan minum es kelapa dan makan jagung bakar di lapak-lapak pinggir Danau Dendam Tak Sudah. Intriguing sekali ya namanya, dari ceritanya sih latar belakang nama danau ini berasal dari pasangan muda-mudi yang tidak direstui, dan akhirnya bunuh diri ke danau ini, sehingga dinamakan Danau Dendam Tak Sudah (masih belum menjawab sih ya sebenarnya?). Tapi versi kedua (yang menurut saya lebih masuk akal) ialah ketika masa Belanda menduduki Indonesia ingin membuat dam untuk danau ini dengan tujuan air danau tidak meluap, tetapi pembangunan ini tidak pernah selesai sehingga disebut “Dam Tak Sudah” dan akhirnya lama-kelamaan disebutlah jadi Dendam Tak Sudah. Oh iya kalau browsing-browsing sih sebenarnya kita bisa juga naik sampan keliling danau, tapi waktu kesana tidak terlihat satupun yang sewa sampan, mungkin karena sudah kesorean juga sih..

Sudah capek dan waktu sewa mobil juga akan berakhir, akhirnya kita diantarkan lah ke penginapan. Nah di penginapan inilah sesuatu yang heboh terjadi.. Lanjut ke Bagian Dua ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar